Potensi Desa

POTENSI DAERAH KABUPATEN JEMBER

Jember dengan perkembangan usaha ditunjang potensi daerahnya memberikan pertumbuhan jenis usaha, terutama dalam peningkatan ekonomi di dunia perdagangan. Penyebaran usahanya dapat dikategorikan berdasarkan golongan perusahaan, bentuk badan hukum, pola pembinaan dan persebarannya sendiri merata pada tiap-tiap kecamatan.

Kegiatan perdagangan lainnya yang juga dicakup adalah kegiatan perdagangan non domestik atau perdagangan ekspor. Volume dan nilai ekspor dirinci menurut jenis komoditas yang diekspor terdiri dari produksi hortikultura, perkebunan, batu, dan mebel. Disamping itu pula realisasi nilai ekspor banyak diantaranya adalah dari sektor khususnya sektor pertanian, pertambangan, dan sektor industri.


Diantara potensi daerah Jember yang masih memberi peluang luas bagi para pengembang perekonomian, diantaranya adalah:

1.     SI HITAM YANG MENJANJIKAN


Berbicara potensi perkebunan di Kabupaten Jember memang tidak pernah ada habisnya. Tak hanya tembakau saja yang menjadi ikon, produk-produk perkebunan unggulan lain pun siap dikembangkan secara terpadu. Saat kita menelusuri wilayah dengan kontur perbukitan di Jember, mata kita tak akan bisa lepas dari hamparan tanaman kopi. Ya, kopi memang menjadi tanaman primadona sejak lama. Bukan hanya ditanam oleh perusahaan daerah maupun swasta, perkebunan milik rakyat pun sudah bisa meneguk nikmatnya pendapatan dari hasil panen kopi.

Bahkan ada kecenderungan, luas areal penanaman kopi di Kabupaten Jember terus bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, dari tahun 2008 hingga 2010 tercatat peningkatan luas lahan kopi serta produksinya di Kabupaten Jember. Dengan bertambahnya lahan sebesar 9 ha, produksi kopi di Jember mampu didongkrak hingga sebesar 13,67%. Jenis kopi yang ditanam di Kabupaten Jember masih didominasi oleh robusta. Jenis ini memang berkembang baik di wilayah Jember. Kecamatan Silo menjadi penyumbang terbesar produksi kopi robusta di Jember. Lebih dari 40 persen kopi disuplai dari kecamatan ini. Bahkan kopi dari Desa Sidomulyo Kecamatan Silo telah diakui sebagai salah satu produk kopi dengan mutu yang baik dan telah mendapat sertifikasi produk.

Desa Sidomulyo memang telah tersohor sebagai penghasil kopi dengan kualitas ekspor. Dimulai dari tahun 2004, petani yang dibantu oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) dan perusahaan eksportir mitra melakukan pengolahan kopi dengan sistem olah basah (wet processing). Produk olahan dalam bentuk ose telah berhasil menembus pasar ekspor sebanyak 20 ton.

Tak berhenti sampai disini, masyarakat Desa Sidomulyo pun melakukan pengolahan kopi bubuk. Hal ini bertujuan untuk semakin meningkatkan nilai tambah produk kopi yang selama ini hanya dijual dalam bentuk ose. Produk kopi tersebut dikemas dan diberi label sehingga menarik konsumen untuk membeli. Saat ini kopi bubuk produksi Desa Sidomulyo dipasarkan di sekitar Jember, pameran agribisnis, serta koperasi setempat. Jenis kopi yang ditanam di Kabupaten Jember didominasi oleh robusta. Jenis ini memang berkembang baik di wilayah Jember. Kecamatan Silo menjadi penyumbang terbesar produksi kopi robusta di Jember.

Seolah tak mau kalah, wilayah lain dalam cakupan Kabupaten Jember terus berupaya menggali potensi tanaman yang juga menjadi primadona di banyak negara. Di Desa Kemiri Kecamatan Panti, kopi ternyata menjadi tanaman perkebunan yang diminati masyarakat. Booming kopi rakyat di desa yang pernah dilanda banjir bandang awal tahun 2006 tersebut terjadi pada tahun 2003.

Bermula dari adanya pengarahan dan bantuan bibit dari PT. Jawati dan PDP di Kecamatan Panti, bibit-bibit kopi dengan kualitas yang baik tersebut akhirnya berhasil dikembangbiakkan di lahan masyarakat. Dukungan iklim yang memadai di Desa Kemiri, membuat kopi tumbuh dengan baik. Keadaan ini terus berkembang dan puncak popularitasnya terjadi pada tahun 2009. Kepala Desa Kemiri Kecamatan Panti, Suryono, mengatakan bahwa lahan yang digunakan untuk menanam kopi merupakan lahan yang tidak produktif. Kondisi tanah yang kering tersebut awalnya hanya ditumbuhi semak belukar. Namun siapa sangka, lahan-lahan tidur di desa tersebut akhirnya mampu disulap menjadi sumber penghidupan masyarakat.

Saat ini sudah lebih dari 200 orang yang mengusahakan kopi rakyat. Masyarakat yang rumahnya berbatasan dengan hutan pun juga sudah mulai melakukan budidaya kopi secara terpadu. Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Taman Putri, Juari, sebanyak 175 anggota LMDH melakukan budidaya kopi dalam skala kecil.

Menurutnya budidaya kopi juga mendapat dukungan dari Perhutani. Ia mengakui, setelah ada kerjasama antara perhutani dan masyarakat desa hutan dalam budidaya kopi, kualitas hutan di sekitar tempatnya tinggal semakin membaik. Ia bahkan mengatakan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi pembalakan liar yang terjadi di hutan. Selain peningkatan kesadaran masyarakat setempat, masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut sudah fokus untuk merawat kopi. Hingga saat ini masyarakat Desa Kemiri sudah melakukan pengolahan kopi sebelum dipasarkan dalam bentuk ose. Mereka menggunakan metode olah kering dengan alat yang masih tradisional. Meskipun dengan metode yang sederhana, setidaknya mereka telah melakukan upaya untuk meningkatkan nilai tambah. Dibawah naungan dan binaan koperasi milik PT Indokom sebagai mitra, kopi petani Desa Kemiri pun dipasarkan ke kota-kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang.


2.     POTENSI PERTAMBANGAN

A. Pasir Besi (Kecamatan Kencong , Puger dan Gumukmas)
B. Mangan (Kecamatan Puger , Silo dan Wuluhan)
C. Emas, Tembaga, Galena (Kecamatan Silo, Tempurejo)
D. Sirtu, Pasir dan batu andesit (Kecamatan Sumbersari, Jelbuk, Rambipuji, Panti, Pakusari, Kalisat, Mayang, Sukowono, Sumberjambe, Silo, Ajung, Ambulu, Gumukmas, silo, Jenggawah, Tempurejo)
E. Batu Kapur/batu gamping (Kecamatan Puger, Wuluhan, Ambulu dan Pulau Nusa Barong)
F. Batu Piring atau batu pondasi (Lava Andesit) (Kecamatan Sumbersari, Pakusari, Ledokombo, Sukowono, Kalisat, Jelbuk


3.   SERABUT KELAPA DARI JEMBER YANG TELAH MENDUNIA
Pertumbuhan sector usaha di Kabupaten Jember, menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Ini ditandai dengan semakin banyak dan beragamnya usaha yang digeluti masyarakat, yang diantaranya bahkan ada yang berskala internasional. Kondisi yang demikian, sudah barang tentu akan memberikan dampak positif pada roda perekonomian. Diharapkan, kondisi yang demikian akan semakin memotivasi kalangan pengusaha untuk lebih kreatif dan inovatif, agar usaha yang mereka jalankan, dapat terus berkembang.
Seperti yang sudah dilakukan seorang pengusaha asal Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo-Jember, Suwidi. Bos CV Sumber Sari ini, mengaku, bekal ilmu yang dimiliki serta keterampilan dan keyakinan yang penuh, Suwidi, salah seorang dari sekian banyak usahawan di Jember, terus mengembangkan usahanya, yakni Industri cocofiber dan cocopeat. Usaha yang telah digelutinya selama 12 tahun itu, belakangan semakin menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Saat ini hasil produksinya, bahkan sudah dipasarkan hingga ke negeri Cina. Menurut Suwidi, awalnya industry tersebut adalah home industry biasa, yang bergerak dibidang jual beli kelapa. Namun seiring perjalanan waktu, ditambah dengan keuletan serta kerja kerasnya, Suwidi berhasil mengubahnya menjadi sebuah industry yang besar. “Awalnya saya hanya berfikir, bagaimana caranya agar serabut kelapa tersebut tidak mengotori lingkungan, kalau mau dibuang terlalu banyak, jadi saya terus berfikir dan akhirnya saya menemukan ide, agar serabut tersebut diproses lebih lanjut sehingga menjadi sebuah produk, dan ternyata banyak diminati, untuk itu saya memutuskan untuk lebih focus pada usaha cocofiber dan cocopeat ini”, ujarnya. Untuk proses penghancuran serabut kepala menurut dia, menggunakan alat khusus dan setelah itu dijemur. Selanjutnya, setelah dijemur, serabut kelapa yang sudah halus tersebut, kemudian dicetak dan dikemas seperti bentuk balok. “Kalau untuk cocofiber, serabut kelapa dihancurkan terlebih dahulu, dijemur, kemudian dibentuk seperti balok. Itu biasanya digunakan untuk sofa, jok mobil, jok pesawat, springbed. Nah, kalau cocopeat itu kan butiran serbuk serabutnya, jadi tidak diproses khusus, biasanya cocopeat ini digunakan untuk petroganik,” paparnya. Ia juga menjelaskan bahwa untuk cocofiber, memiliki warna yang khas, yakni warna kuning mas, dengan ukuran bal 45x65x92cm, tali straping bel 11 alur, dan berat antara 80-87 kg. Cocofiber ini hanya memiliki kadar kotor sekitar 3%. Cocofiber tersebut dijual dengan harga RP.3.000/Kg nya, hingga saat ini, produk cocofiber milik Suwidi terus dieksport ke Cina setiap seminggu sekali, biasanya cocofiber tersebut dikirim dengan menggunakan kontener berukuran 40Hc, yang memuat 17,2 hingga 18 ton cocofiber yang sudah berupa produk jadi tersebut. Sedangkan untuk cocopeat, penjualannya menggunakan kemasan karung dengan ukuran 75-115 cm, dengan harga Rp.200 rupiah/Kg nya. Untuk cocopeat Suwidi memasarkannya ke daerah lokal dan daerah gersik. Dalam sebulan kapasitas cocopeat yang diproduksi bisa mencapai 1000 ton.
Selain itu, Suwidi juga mengatakan, bahwa untuk bahan baku, serabut kelapa, Ia dapatkan dari para penjual kelapa yang ada di Kabupaten Jember. “Untuk bahan bakunya itu, saya biasanya membelinya dari para pedagang kelapa yang ada di Jember, seperti di Kejayan, Mayang, dan tempat lainnya, dalam sehari itu saya bisa mendapatkan 50.000 serabut kelapa” tegasnya. Suwidi bersama 46 karyawannya akan terus mengembangkan usaha ini, karena baginya usaha ini cukup produktif, sehingga selain dapat terus menyerap tenaga kerja, juga dapat meningkatkan industri yang dimilikinya itu. Dan yang tak kalah heboh lagi, Usaha cocofiber dan cocopeat milik Suwidi ini dipilih mewakili Jember, untuk mengikuti pameran Expo yang akan diadakan di Jakarta pada 24 Mei nanti.



4.    SANGKAR BURUNG SUKOWONO DENGAN KHAS MOTIFNYA
Sangkar Burung hasil kerajinan dari Kecamatan Sukowono memiliki keistimewaan tersendiri. Proses pembuatannya tidak hanya dilakukan oleh satu dua orang saja, tapi melibatkan sebagian besar masyarakat di daerah tersebut. Sangkar burung tersebut dibuat oleh sebagian besar masyarakat di Desa Dawuhan Mangli, Sukowono – Jember. Daerah tersebut sudah sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan sangkar burung. Hal itu dikarenakan, hampir 65%, dari jumlah total penduduknya berprofesi sebagai pengrajin sangkar burung. Pekerjaan sebagai pengrajin sangkar, sudah dijalankan secara turun temurun di desa ini. Karena itu tidak heran kalau hampir sebagian besar warganya, mempunyai keahlian membuat sangkar burung.

Meski hampir semuanya menjadi pengrajin sangkar, namun sangkar yang dihasilan itu berbeda-beda, mlai dari bentuknya hingga lukisannya itu biasanya berbeda” tegas Saejab, seraya menambahkan, hasil produksi sangkar ini, bisa untuk menambah kesejahteraannya. Kemampuan produksinyadalam setiap minggu mampu dihasilkan 8 hingga 10 sangkar. Untuk kualitas yang biasa per harinya bisa dihasilkan 2-3 buah sangkar, namun untuk kualitasnya yang bagus, serta lukisan dengan motif yang sedikit sulit, biasanya hanya menghasilkan satu buah sangkar dalam waktu empat hari.
Untuk motif dari sangkar yang dibuat pengrajin asal Dawuhan Mangli, cukup variatif, mulai motif gambar wayang, pemandangan alam, serta motif lainnya. Demikian juga dengan bentuknya, ada yang melingkar dan ada juga yang berbentuk persegi. Harganya pun juga bervariasi, mulai dari Rp.30.000,- hingga Rp.1.500.000 -, tergantung motif dan bahannya. Keunikan ini yang membuat sentra pembuatan sangkar burung perkutut di Desa Dawuhan Mangli terus berkembang.
Perkembangan kerajinan sangkar burung ini, bisa dibilang cukup menjanjikan, Dari tahun ke tahun, pemasarannya semakin meluas dan volumenya juga bertambah. Pemasaran sangkar burung hasil kerajinan masyarakat Dawuhan Mangli ini, mulai dari daerah lokal seperti Situbondo, Lumajang, Banyuwangi, Besuki, juga ke luar daerah seperi Bandung, Surabaya, Madura, bahkan juga Sumatera. Meski begitu para pengrajin juga mengakui, proses pembuatan sangkar burung sedikit sulit. Diawali, dengan pembuatan ruji, dengan cara membersihkan rotan terlebih dahulu, kemudian dipotong, seperti lidi, kemudian disusun menjadi ruji-ruji sesuai dengan bentuknya. Setelah itu, proses pemberian sirap, yang dilanjutkan dengan pemberian kalsium yang dicampur dengan kertas bekas hingga 3 lapisan. Barulah setelah itu dilukis, yang dilanjutkan dengan pewarnaan, baik menggunakan tehnik air brush maupun manual. Semua bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sangkar ini, dibeli dari lokal, namun kalau rotannya, didatangkan dari Banjarmasin, karena rotan-rotan dari Banjarmasin memiliki kualitas yang sangat bagus. Pengrajin lainnya, pengerjaannya dibuat dengan cara dibagi-bagikan. Masing-masing kelompok mengerjakan bagian sangkar, sesuai dengan kebiasaannya. Ada yang membuat rujinya, ada yang membuat papannya, ada yang melukis, ada yang membuat warna, saya ini yang melukis/ menggambar model pembuatan dengan cara membagi-bagikan setiap bagian dari sangkar ini, dimaksudkan agar produksinya lebih cepat, karena itulah pembuatannya dilakukan secara terpisah. Para pengrajin sangkar burung ini berharap, hasil jerih payah yang dilakukannya, bisa terus berkembang, syukur-syukur kalau mendunia.



5.    BATIK JEMBER RAMBAH MANCANEGARA
Batik Jember dapat dikenali dengan ciri khas yaitu bermotif daun tembakau. Daun yang dijuluki daun emas tersebut dilukis diatas sehelai kain hingga menampilkan kekhasan tersendiri. Motif-motif cantik, warna beraneka ragam dan keindahan perpaduannya memberikan nilai tersendiri. Hingga banyak peminatnya baik dari masyarakat Jember maupun dari luar Jember. Kecamatan Sumberjambe dikenal sebagai daerah penghasil batik khas Jember. Daerah yang berada di sisi timur kota Jember tersebut terdapat banyak sanggar-sanggar batik. Warga masyarakat disana dikenal memiliki keluwesan dalam membuat motif nan cantik.
Ketenaran batik Kecamatan Sumberjambe saat ini semakin moncer tidak hanya sekedar terlihat dari tingginya omzet penjualan, lebih dari itu batik produk Desa Sumberpakem tersebut ternyata banyak diminati oleh wisatawan asing. Bisa dipastikan dalam setiap bulannya ada saja rombongan wisatawan mancanegara datang ke desa tersebut untuk melihat dari dekat proses pembuatan batik kebanggaan masyarakat Jember itu. Mereka mengaku sangat kagum dengan keindahan motif batik Sumberjambe. Tidak hanya sekedar tembakau, tapi ada juga motif lainnya seperti cerutu, buah naga, bambu, kopi dan kakao. Wisatawan juga dapat mencoba mempraktekkan cara melukis motif batik. Di dalam kota Jember, batik khas Jember bisa ditemui di Sanggar Batik Rolla yang terletak Jl. Mawar. Ratusan motif dan warna kain batik Jember dapat ditemui disana dengan harga yang bervariasi. Harganya sesuai dengan jenis kain dan kerumitan motifnya, serta bahannya.
Proses pembuatan batik Jember tergolong cukup rumit. Ada banyak tahapan yang harus dilakukan, pertama adalah pembatikan, proses pembatikan biasanya dilakukan dengan menggambar motif-motif yang diinginkan pada helai kain, setelah proses pembatikan/penggambaran selesai, barulah proses pewarnaan pertama pada batik dilakukan. Helai kain tersebut kemudian dicelupkan pada pewarna. Setelah diberi pewarna, batik tersebut dicuci dengan mengguakan air aki, Air aki ini digunakan, agar obat pewarna indigusol tersebut dapat lepas dan menghasilkan warna-warna indah, yang telah ditentukan sebelumnya. Tak hanya sampai di situ, proses selanjutnya yakni pembatikan kedua, pembatikan kedua berfungsi agar batik yang dihasilkan semakin bagus, dan tidak mudah luntur, setelah itu pewarnaan kedua, dan proses selanjutnya adalah pelepasan malam, setelah selesai, barulah dilakukan proses penjemuran. Proses penjemuran batik, bisa berlangsung hingga 3 sampai 4 hari, tergantng dengan cuaca dan bahan kain batiknya.



6.    HANDYCRAFT BALUNG YANG MENDUNIA
Balung, sebuah daerah di Kabupaten Jember, yang sejak jaman Majapahit sudah menjadi pemukiman masyarakat, sejak beberapa tahun belakangan, mulai memantapkan diri sebagai sentra kerajinan tangan. Berbagai jenis kerajinan tangan (handycraft) bisa ditemui di daerah ini, mulai dari peralatan dapur, sampai manik-manik dan alat musik tradisional. Produk kerajinan yang dihasilkan, utamanya banyak dilakukan di Desa Tutul dan Balungkulon. Untuk jenis peralatan dapur, manic-manik, tasbih, serta produk souvenir lainnya, banyak dibuat masyarakat di Desa Tutul. Sedang kerajinan lain, dibuat di Desa Balung Kulon.
Besarnya potensi industry kerajinan di Kecamatan Balung, khususnya Desa Balungkulon ini, memang sangat membantu peningkatan pendapatan masyarakat. Hanya saja, keberadaannya sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah, karena selama ini para pengusaha masih mengupayakan sendiri pemasarannya. Sebut saja alat music tradisional berupa Jimbe dan Diageridoo (riduridu), maupun senjata tradisional Boomerang. Selama ini, meski penjualan semua alat music dan senjata tradisional yang dihasilkan pengrajin Desa Balungkulon, masih melalui pihak ketiga, namun kualitasnya sudah sangat diakui masyarakat dunia. Buktinya, alat music tradisional berupa Jimbe, sudah dipasarkan ke Uzbekistan, Turki, Afrika Selatan, Perancis, dan negara negara Amerika Latin. Sedang untuk senjata tradisional Suku Aborigin yang juga diproduksi perajin Balungkulon, sebagian besar dipasarkan ke Asutralia dan Amerika.
“Malahan konjen Korea Selatan datang langsung ke sini (Balungkulon), pesan Jimbe 12.000 unit dan tas dari batok kelapa 10.000 unit. Sedang dari Australia, ada pesanan 45.000 unit boomerang,” ungkap Rahmat Syaifuddin, perajin Jimbe dan Boomerang, di Desa Balungkulon. Handycraft produksi perajin Balungkulon memang banyak diminati masyarakat dunia. Hanya saja selama ini alur penjualan produk kerajinan tersebut, tidak langsung pada pembeli (konsumen), tapi melalui pedagang, yang umumnya dari Bali. Sehingga, meski produk kerajinan tersebut kualitasnya dikenal bagus, tapi tidak membawa nama Jember, apalagi Balung sebagai sentra kerajinannya. Selama ini, untuk memperkenalkan ke khalayak luas, produk kerajinan yang dihasilkan masyarakat di Desa Balungkulon, sudah didaftarkan di Disperindag, Jawa Timur. Bahkan produk kerajinan tersebut juga dipamerkan di show room Jatim Covention Cantre (JCC). Satu harapan yang sampai saat ini belum sepenuhnya terwujud, Kepala Desa Balungkulon, Risin SH, berharap pihak pemerintah lebih memberikan perhatian terhadap potensi sumber daya manusia yang ada di desanya. Bentuk perhatian itu, bisa diwujudkan dalam pemberian pelatihan untuk meningkatkan skill dan hak patent bagi produk kerajinan yang dihasilkan. Bahkan untuk mempermudah perajin dalam memasarkan produk kerajinannya, Risin mengusulkan, perlu adanya lembaga, bisa dalam bentuk koperasi dan sebagainya. “Sebenarnya kalau soal potensi di Balungkulon ini, tidak hanya handycraft, peternakan dan perikanan juga ada, tapi ya itu, butuh pelatihan, bahkan juga modal dari dinas terkait,” tambahnya.



7.    HANDY CRAFT GEDEBOK PISANG
Pelepah pisang atau dalam bahasa Jawa disebut gedebok ternyata mampu dikelola menjadi barang bermanfaat, lewat garapan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Asy Syifa Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe, gedebok itu bisa disulap menjadi kerajinan tangan seperti tempat tisu kubus, tempat tisu balok, tempat tisu lipat, tempat perhiasan, tempat aqua kotak, tempat kain batik, hantaran kemanten, pendil boneka, tempat botol minuman, dompet, tempat map dan Tas. Handy craft gedebok made in Kecamatan Sumberjambe ini sempat membuat bupati Jember MZA Djalal merasa tertarik saat membuka pameran produk unggulan Jember di TPK Perhutani Jubung Kecamatan Sukorambi, bahkan bupati optimis prospek kerajinan gedebok ini nantinya cukup cerah dan disukai oleh masyarakat.Apa yang dikemukakan oleh MZA Djalal tersebut bukan tanpa alasan, kerajinan gedebok itu sendiri desainnya cukup memikat dan pantas bila dijadikan cindera mata.
“Hampir semua pekarangan penduduk khususnya di Desa Cumedak ini banyak dijumpai pohon pisang, karena itu setelah pembuatan kerajinan ini dikenalkan kepada masyarakat dan santri ternyata banyak sekali peminatnya dan diharapkan bisa menambah penghasilan”
Meski kegiatan PKBM tersebut baru dijalankan di PP Asy Syifa 3 bulan lalu dengan memberdayakan masyarakat dan santri, namun nampaknya hasil pelatihan menimba ilmu ke Bojonegoro itu tidaklah sia-sia. Keseriusan masyarakat dan santri untuk menggeluti bisnis dari gedebok ini patut di acungi jempol, dalam waktu sekejap mereka sudah bisa terampil membuat berbagai bentuk ornament kerajinan, jadi tak heran bila kini di PP Asy Syifa terlihat aktifitas tiada hari tanpa gedebok.
“Pembuatan handy craft gedebok ini untuk mengisi waktu luang ibu-ibu dan santri, apalagi di Kecamatan Sumberjambe untuk mendapatkan gedebok ini tidak terlampau sulit.Hampir semua pekarangan penduduk khususnya di Desa Cumedak ini banyak dijumpai pohon pisang, karena itu setelah pembuatan kerajinan ini dikenalkan kepada masyarakat dan santri ternyata banyak sekali peminatnya dan diharapkan bisa menambah penghasilan,”tukas Kyai H.Nisful Lailah Pengasuh PP Asy Syifa. Meski kerajinan gedebok masih dianggap asing namun di hari pertama pameran produk unggulan Jember tersebut tidak pernah sepi dari pengunjung, bahkan mereka sempat heran melihat gedebok bisa dijadikan cindera mata bernilai seni tinggi. Keberadaan gedebok selama ini acapkali dianggap sebagai sampah dan tidak ada kegunaannya, namun melalui sentuhan PP Asy Syifa gedebok itu kini malah banyak dicari dan dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan masyarakat pedesaan. Untuk membuat kerajinan tangan tersebut sedikitnya dibutuhkan 1 pick up gedebok dalam satu harinya dengan panjang gedebok itu berkisar 1,5 meter, sementara ini gedebok itu didatangkan dari luar Jember yakni Bojonegoro. Hal itu dibenarkan oleh Ustad Nur Hasan salah seorang pengajar di PP Asy Syifa di lokasi pameran produk unggulan Jember, dirinya berharap kerajinan ini bisa di pasarkan di luar Kabupaten Jember karena itu perlu adanya penjajakan. Sementara itu salah seorang santri PP Asy Syifa yang enggan menyebutkan namanya, menilai positif adanya. PKBM apalagi pembuatan kerajinan gedebok ini tidak terlampau rumit dan bahan dasarnya mudah didapat serta nantinya ketrampilan tersebut bisa dijadikan sebagai mata pencaharian ketika dirinya kelak selesai menamatkan pendidikannya di pondok pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar